Minggu, 01 Juni 2014

Ghost Stories part 2

Aku melupakan Roni dan Dea. Aku berlari menuju lantai dasar sekolahku. Tak lama kemudian aku bertemu dengan Kak Mika, kakak kelasku. Kak Mika menghampiriku dan bertanya, "Dila kamu kenapa lari2 kayak begitu? Mana kelompok kamu?". "Tadi di toilet lantai 3 aku mendengar seperti suara tangisan perempuan yg serem banget. Lalu ketika kami cek, kami menemukan sebuah kotak berisi kertas yg berisi 'Jangan harap kamu bisa senang seperti teman-temanmu yg lain atau kau akan mati'. Lalu kami merasakan ada seseorang di belakang kami. Ternyata ada perempuan, rambutnya panjang, tangan dan kakinya penuh dengan darah, dan pakaiannya lusuh, dan yg membuat kami kaget adalah ia mengenakan seragam dari sekolah kita. Disaat itu juga kami pun mulai berlari dan akhirnya kami terpisah. Sekarang aku ingin mencari mereka" ceritaku panjang lebar. Aku pun berpamitan pada Kak Mita kemudian mencari Roni dan Dea. Aku tidak tahu nasib mereka sekarang bagaimana. Aku pun bergegas ke lantai 2. Suasana disana sangat dingin. Tanpa disadari bulukudukku berdiri. Keringat dingin pun mulai keluar dari tubuhku. Samar-samar dari balik cahaya bulan yang menyinari mataku, aku melihat sosok seperti Roni dan Dea. Aku pun menghampiri mereka. Namun tiba2 mereka hilang entah kemana. Aneh mereka kemana ya? Kok tiba2 aja hilang? Jangan2 mereka bukan Roni dan Dea lagi, kataku dalam hati. Mungkin mereka makhluk halus yg mirip seperti Roni dan Dea. Aku melupakan semua itu dan mencari mereka kembali. Tiba2 aku mendengar suara di lantai 3 seperti orang minta tolong. Sepertinya suara itu suara Roni dan Dea, jangan2 mereka kenapa2 lagi. Langsung saja aku bergegas ke lantai 3 untuk melihat apa yg terjadi. Suara itu berasal dari ruang bahasa. "Tolooongg...!", suara teriakan itu semakin jelas. Aku bergegas ke ruang bahasa dan disana aku sangat terkejut. Disana ada Roni dan Dea yang tubuhnya terikat! Aku pun membebaskan mereka dari jerat tali yg menyiksa itu. "Siapa yg ngikat kalian?" tanyaku. "Ceritanya panjang, tapi yg jelas aku udh gk kuat lagi ikut jurit malam ini. Aku nyerah" jawab Dea yg tubuhnya mulai lemah. "Ya sudah kita ke bawah aja dulu. Dea kayaknya lagi sakit kita bawa dia ke kamar aja suruh istirahat" kataku. Kami pun bergegas menuju lantai dasar sambil membopong Dea yg lemah. "Lho, Dea kenapa? Kok wajahnya pucat begitu?" tanya Kak Heru yg kebetulan lewat. Roni kemudian menceritakan kejadian yg dia alami. "Ya sudah kalian bawa Dea ke kamarnya ya" kata Kak Heru. Kami pun membopong Dea hingga ke kamarnya. Keesokan harinya, mereka pun bercerita kejadian yg mereka alami. "Kamu inget kan kemaren kita liat perempuan yg pakaiannya lusuh, rambutnya panjang, sama tangan kakinya penuh darah kan? Saat kami sedang berlari, kami bertemu dengan perempuan itu lagi. Dia ngomong kyk gini 'Kalian akan mati'. Kata2 itu buat kita takut banget trus kita turun ke lantai 2. Pas kita mau cari kata-katanya tiba2 leher kami dicekik lalu kami diseret oleh seseorang ke ruang bahasa lalu kami diikat. Tapi yg buat kita heran itu org yg ikat kita gk keliatan jadi yg ngikat itu hantu" cerita mereka. Dengar ceritanya saja sudah takut namun aku sempat berpikir masa orang yg ngikat gk keliatan? Pasti yg ikat perempuan tadi. Aku pun bertekad mencari informasi tentang perempuan itu. Aku bertanya pada satpam yg berjaga di sekolahku. "Oh iya perempuan itu namanya Nanda. Dia memang sekolah disini. Namun ia dibunuh oleh seseorang yg tak dikenal sekitar 3 tahun lalu. Sampai sekarang arwahnya masih bergentayangan untuk mencari siapa yg membunuhnya. Dia sering muncul setiap jam 3 pagi di Malam Jumat atau Malam Sabtu" cerita satpam itu. Aku kaget mendengar ceritanya. Tak disangka ia memang sekolah disini namun ia dibunuh. Sungguh tega. Aku pun pergi ke kantin dan mulai merenung tentang peristiwa kemarin. Namun karena kecapekan aku pun tertidur. Entah sudah berapa menit aku tidur, aku kembali melihat perempuan itu kembali sambil tersenyum menatapku.

                                                                      TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar